Blogtubers – Harga RON 95 Malaysia lebih murah dari Pertalite Indonesia menjadi sorotan publik belakangan ini. Perbedaan harga bahan bakar minyak (BBM) di dua negara bertetangga ini memunculkan perdebatan, baik terkait kebijakan energi, subsidi, hingga daya beli masyarakat. Publik ramai membandingkan bagaimana Malaysia mampu menjual RON 95 dengan harga lebih rendah, sementara Indonesia masih mengandalkan Pertalite sebagai BBM yang dianggap paling terjangkau untuk konsumsi sehari-hari.

Latar Belakang Perbandingan Harga BBM
Isu mengenai harga BBM selalu menjadi perhatian masyarakat. Di Indonesia, harga Pertalite yang ditetapkan pemerintah kerap menjadi bahan diskusi karena menyangkut kebutuhan pokok transportasi. Sementara di Malaysia, BBM jenis RON 95 merupakan salah satu yang paling populer digunakan masyarakat, dan kini justru tercatat memiliki harga lebih murah dibandingkan Pertalite.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: apa faktor yang membuat Malaysia bisa menekan harga RON 95 lebih rendah, sedangkan Indonesia masih bergantung pada subsidi besar untuk menjaga harga Pertalite tetap stabil?
Harga BBM di Indonesia
Di Indonesia, BBM bersubsidi Pertalite menjadi pilihan utama masyarakat karena harganya relatif terjangkau dibandingkan Pertamax atau Solar nonsubsidi. Namun, meski mendapat subsidi, harga Pertalite tetap dinilai tinggi oleh sebagian masyarakat. Selain itu, kebijakan penyesuaian harga BBM dari waktu ke waktu sering memicu reaksi keras, mulai dari demonstrasi hingga kritik terhadap pemerintah.
Faktor penyebab tingginya harga Pertalite tidak lepas dari beberapa hal:
- Ketergantungan impor minyak mentah – Indonesia masih mengimpor sebagian besar kebutuhan minyak mentah.
- Kapasitas kilang dalam negeri terbatas – Produksi BBM nasional belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan domestik.
- Fluktuasi harga minyak dunia – Ketika harga minyak mentah naik, beban subsidi pemerintah juga meningkat.
Harga BBM di Malaysia
Berbeda dengan Indonesia, Malaysia menjadikan RON 95 sebagai BBM utama yang dipasarkan kepada masyarakat dengan harga stabil dan lebih murah. Ada beberapa faktor yang membuat kondisi ini mungkin terjadi:
- Produksi minyak domestik – Malaysia termasuk negara produsen minyak dengan cadangan cukup besar.
- Kapasitas kilang lebih baik – Pengolahan minyak dalam negeri lebih mampu memenuhi kebutuhan domestik.
- Kebijakan subsidi yang terarah – Pemerintah Malaysia memberikan subsidi langsung kepada RON 95 agar harga tetap terkendali bagi masyarakat.
Dengan faktor-faktor tersebut, Malaysia bisa menjaga harga RON 95 tetap kompetitif, bahkan lebih murah dari harga Pertalite di Indonesia.
Baca Juga : ”Brian Armstrong Set to Launch New Crypto Super App”
Reaksi Publik dan Media Sosial
Perbedaan harga BBM antara Indonesia dan Malaysia ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak warganet yang membandingkan kebijakan energi kedua negara. Beberapa menyayangkan Indonesia sebagai negara dengan populasi besar justru menjual BBM lebih mahal dibandingkan tetangga yang secara geografis dekat.
Tagar-tagar terkait harga BBM bahkan sempat ramai di platform X (Twitter) dan TikTok. Warganet menyoroti bagaimana kebijakan energi Malaysia dianggap lebih pro-rakyat dibandingkan Indonesia. Meski begitu, sebagian pihak juga mengingatkan bahwa perbandingan ini tidak bisa dilakukan secara langsung karena situasi ekonomi, politik, serta kemampuan fiskal masing-masing negara berbeda.
Perspektif Ekonomi
Ekonom energi menilai perbedaan harga BBM antara Indonesia dan Malaysia dipengaruhi oleh struktur subsidi dan kondisi pasar energi global. Di Indonesia, subsidi BBM menguras APBN dalam jumlah besar. Sementara Malaysia mampu menjaga harga karena menjadi salah satu negara produsen minyak.
Jika dibandingkan, Malaysia justru menyalurkan subsidi BBM dengan lebih terarah dan transparan, sehingga harga bisa ditekan tanpa terlalu membebani keuangan negara. Di sisi lain, Indonesia masih harus berhadapan dengan persoalan defisit subsidi serta ketergantungan impor.
Dampak Terhadap Konsumen
Bagi masyarakat, harga BBM yang lebih murah tentu berdampak langsung pada daya beli. Di Malaysia, harga RON 95 yang rendah membuat biaya transportasi sehari-hari lebih ringan. Hal ini turut mendukung daya saing industri serta menekan inflasi.
Di Indonesia, meski Pertalite dianggap terjangkau, kenaikan harga BBM sedikit saja bisa menimbulkan efek domino. Mulai dari tarif transportasi umum, harga barang kebutuhan pokok, hingga biaya logistik, semua terpengaruh.
Faktor Geopolitik dan Energi Global
Selain faktor domestik, harga BBM juga sangat dipengaruhi kondisi global. Fluktuasi harga minyak mentah dunia, konflik di Timur Tengah, hingga kebijakan OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) turut memengaruhi harga jual di tiap negara.
Malaysia sebagai anggota OPEC+ memiliki posisi lebih strategis dalam mengatur harga domestik. Sedangkan Indonesia yang sudah keluar dari OPEC sejak 2016, tidak memiliki pengaruh langsung dalam menentukan arah kebijakan produksi global.
Tantangan bagi Indonesia
Perbandingan harga BBM ini menjadi refleksi bagi Indonesia untuk memperbaiki tata kelola energi nasional. Ada beberapa tantangan utama yang harus dihadapi:
- Meningkatkan kapasitas kilang – agar kebutuhan dalam negeri tidak lagi bergantung pada impor.
- Mengurangi beban subsidi – dengan cara menyalurkannya lebih tepat sasaran.
- Mengembangkan energi alternatif – seperti biofuel, listrik, dan energi terbarukan agar ketergantungan pada BBM berkurang.
Jika tantangan ini tidak segera diatasi, Indonesia akan terus menghadapi persoalan klasik: harga BBM tinggi, subsidi membengkak, dan masyarakat menanggung beban ekonomi.
Upaya Pemerintah Indonesia
Pemerintah Indonesia sejatinya sudah melakukan berbagai langkah untuk memperbaiki tata kelola energi. Beberapa program yang sedang dijalankan antara lain:
- Pembangunan kilang minyak baru dan modernisasi kilang lama.
- Peningkatan produksi minyak nasional dengan membuka blok-blok baru.
- Pengembangan bahan bakar nabati (BBN) berbasis sawit.
- Peralihan bertahap menuju kendaraan listrik sebagai solusi jangka panjang.
Meski langkah-langkah ini masih dalam proses, pemerintah berharap ke depan harga BBM bisa lebih stabil dan tidak terlalu membebani masyarakat maupun APBN.
Perbandingan Harga BBM di Negara Lain
Selain Malaysia, beberapa negara Asia Tenggara juga memiliki harga BBM yang berbeda-beda. Misalnya:
- Brunei Darussalam: harga BBM jauh lebih murah karena produksi minyak melimpah.
- Singapura: harga BBM relatif lebih mahal karena tidak memiliki sumber daya minyak sendiri.
- Thailand: harga BBM mirip dengan Indonesia, namun dengan struktur subsidi berbeda.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa kebijakan energi setiap negara sangat bergantung pada sumber daya alam, kebijakan fiskal, dan strategi jangka panjang masing-masing pemerintah.
Analisis Jangka Panjang
Isu perbedaan harga BBM antara Malaysia dan Indonesia sebenarnya bukan sekadar soal siapa yang lebih murah. Lebih dari itu, persoalan ini menyangkut keberlanjutan energi dan strategi negara dalam menghadapi transisi energi global.
Indonesia dituntut untuk mempercepat peralihan menuju energi bersih agar tidak terus terbebani oleh subsidi BBM. Sementara Malaysia juga menghadapi tantangan yang sama, meskipun untuk saat ini mereka lebih unggul dalam menjaga harga RON 95 tetap rendah.
Perbandingan harga RON 95 Malaysia dan Pertalite Indonesia menjadi cerminan bagaimana kebijakan energi sangat memengaruhi kehidupan masyarakat. Publik berharap pemerintah Indonesia dapat belajar dari strategi negara tetangga untuk menghadirkan BBM yang lebih terjangkau, tanpa harus membebani APBN secara berlebihan.
Isu ini juga menjadi momentum bagi Indonesia untuk memperkuat ketahanan energi, mengurangi ketergantungan pada impor, serta mempercepat transisi menuju energi terbarukan. Dengan demikian, persoalan harga BBM yang mahal tidak akan terus menjadi polemik berkepanjangan di masa depan.